Batam (PN),Pembangunan Tower base
transceiver station (BTS) salah satu oprator celular di dekat pemukiman Kavling Patam Asri dan
kavling Patam Indah mengundandang Kontraversi di kalangan warga setempat.
Diduga Minimnya pengetahuan warga masyarakat setempat tentang efek yang di timbulkan (BTS) itu,maka mereka tidak berani berkomentar alias hanya melihat-melihat dan diam.
Seperti di kemukan Nara sumber
kepada Media ini 30/5, salah seorang warga
setempat,yang merasa keberatan atas pembangunan BTS ,Adi nama samaran (34)
sangat menolak pembangunan Tower-BTS tersebut karena sangat berdekatan
pemukimannya .tapi ia tidak berani mengutarakannya kepada perangkat RT setempat
karena menurutnya,bahwa Pak RT nya sudah menerima konvensasi antara 5
juta sampai 15 juta rupiah.
Ia mengatakan pendirian menara
Tower-BTS di simpang jalan itu sarat permainan, terutama bagi perangkat RT
setempat ,warga setempat menilai Bahwa RT yang menerima dana hibah dari
pengelola BTS tersebut tidak transfaransi kepada warga alias buat keputusan
sendiri,"RT tidak pernah melakukan musyawarah pada Masyarakat di sini.
tetapi sudah main bangun saja,dan santer pula terdengar seluruh RT di keluran
Patam Asri dapat kompensasi ,apa mereka tidak memikirkan apa efeknya kedepan
?"ucapnya geram.
Setelah Media ini mencoba menghubungi Seorang RT setempat Kavling Patam Indah yaitu bapak Ibnu Lubis via handphone Celularnya menjawab, Benar kalau pihak pengelola BTS tersebut memberikan Bantuan dana Hibah sebesar 5 juta rupiah, dan ia menyangkal kalau ia menerima 15 juta rupiah .
Setelah Media ini mencoba menghubungi Seorang RT setempat Kavling Patam Indah yaitu bapak Ibnu Lubis via handphone Celularnya menjawab, Benar kalau pihak pengelola BTS tersebut memberikan Bantuan dana Hibah sebesar 5 juta rupiah, dan ia menyangkal kalau ia menerima 15 juta rupiah .
Setelah media ini mencari informasi,menemukan bahwa,Lokasi
pembangunan BTS tersebut adalah lahan milik seorang Petugas Polisi
.menurut informasi yang bisa dipercaya ,Pihak pengelola BTS mengontrak Lokasi
itu 250 Juta Rupiah per lima Tahun.tetapi yang paling tidak terima
masyarakat adalah jaraknya terlalu mendekati jalan akses keluar masuk dan hanya
berjarak ± 10 meter dari jalan utama.mereka takut bila-bila hujan datang
petir akan menyambarnya.
Tersiarnya berita ini, akibat dari minimnya informasi yang di berikan perangkat RT kepada Masyarakatnya tentang Pembangunan BTS tersebut,warga menuding RTnya seperti menutup-nutupi dana hibah yang di berikan pihak pengelola," giliran Duitnya RT diam-diam,pahal natinya efek dan resikonya yang di timbulkan dari radiasi BTS itu di bagi-bagi" tambahnya lagi.
Tersiarnya berita ini, akibat dari minimnya informasi yang di berikan perangkat RT kepada Masyarakatnya tentang Pembangunan BTS tersebut,warga menuding RTnya seperti menutup-nutupi dana hibah yang di berikan pihak pengelola," giliran Duitnya RT diam-diam,pahal natinya efek dan resikonya yang di timbulkan dari radiasi BTS itu di bagi-bagi" tambahnya lagi.
Pembangunan menara Tower-BTS di
pemukiman warga saat ini Sudah menjadi tren tersendiri,termasuk di
persimpangan kavling Patam Asri dan Patam Indah.
Apakah Dampak BTS terhadap Manusia ?
Dampak lain yang juga harus
diperhatikan adalah dampak terhadap kesehatan warga yang tinggal berdekatan
dengan lokasi menara BTS.
Prof. Dr. dokter Anies MKes
PKK,seorang Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, pernah melakukan penelitian pengaruh radiasi
elektromagnetik terhadapkesehatan, Pembangunan tower telekomunikasi atau BTS
(base transceiver station)yang bermunculan di berbagai daerah,bahkan telah
menjadi problem perkotaan.
Salah satu hal yang perlu dilihat
adalah adanya efek negatif gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh
perangkat komunikasi selular tersebut.
Level batas radiasi elektromagnetik
yang diperbolehkan menurut standar WHO (WorldHealth Organization) adalah 4,5
watt/m2 untuk perangkat yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk
frekuensi 1800 MHz.
Level maksimum yang
dikeluarkan oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronic Engineers)
6watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk frekuensi 1800 MHz.
Berdasarkan pengukuran di lapangan,
pada jarak sekitar satu meter dari jalur pita pancar utama menara BTS yang
berfrekuensi 1.800 MHz, diketahui bahwa totalradiasi yang dihasilkan sebesar
9,5 watt/m2. Jika tinggi pemancarnya sekitar 12meter, maka orang yang berada di
bawahnya terkena radiasi sebesar 0,55 watt/m2.Secara teoritis, jumlah itu
memang tidak berbahaya.
Meskipun hitungan secara matematis
menunjukkan bahwa efek negatif pemancar berfrekuensi tinggi itu relatif kecil,
beberapa negara justru mulai memperhatikannya secara serius.
Menurut Joachim Schuz, peneliti dari
Universitas Mainz, Jerman, efek termal danradiasi pemancar selular merupakan
wacana yang sedang diteliti secara intensif.Beberapa negara seperti Jerman,
Austria, Spanyol, dan Perancis, telah meneliti efek radiasi elektromagnetik
frekuensi tinggi dalam kaitannya dengan kesehatan.
Di samping efek radiasi, pemancar
berfrekuensi tinggi itu juga menghasilkan efek termal di sekitar
pemancarnya.semakin tinggi frekuensi suatu pemancar, semakintinggi pula panas
yang dihasilkan. Sebagai contoh, pemancar berfrekuensi 1.900MHz dapat
menghasilkan panas sampai 200 derajat celcius dalam radius dua meter.
Membahas dampak radiasi gelombang
radio terhadap kesehatan manusia, tidak lepasdari energi yang dihasilkan oleh
perangkat tersebut.pancarannya selalu mengikuti kaidah pancaran radiasi
gelombang elektromagnetik. Hal itu dapat ditunjukkan dalam spektrum
elektromagnetik.
Spektrum elektromagnetik
dikelompokkan berdasarkan panjang gelombang, frekuensi, serta efeknya.
apabila pemancar itu
berfrekuensi900ñ1.900 MHz, bandingkan dengan frekuensi gelombang
elektromagnetik dari peralatan elektronik yang hanya 50 Hz.
Adapun microwave oven bahkan jauh
lebih besar lagi, yaitu 2,45 GHz. Padahal, semakin besar frekuensi dan semakin
kecil panjang gelombangnya, efeknya lebih besar.
artinya, pemancar radio tersebut
memang memiliki energi dan efek radiasi yang besar, sebesar radiasi
yangditimbulkan oleh telepon selular (ponsel) kita.Namun, itu di udara, di
sekitar tower.Padahal, faktor jarak manusia dengan sumber radiasi sangat
berperan.
Semakin jauh jarak manusia dari
sumber, semakin kecil radiasi yang diterima. Asumsinya, tidak ada manusia yang
berada di awang-awang, bukan ? Jadi tidak perlu khawatir terhadap efek
radiasinya.
Sebenarnya yang perlu diwaspadai
dari menara BTS itu adalah efek jangka panjang yang belum diketahui.
Kajian mendalam seharusnya justru
kepada struktur tanah untuk pondasi menara BTS; apakah tanahnya labil, dan
secara geologis termasuk daerah patahan atau tidak? Sebab, struktur bangunan
menara itu sendiri yang dapat berisiko roboh dan menimbulkan bahaya kecelakaan.
Setelah media ini (Palapa
Nusantara)mencoba mencari tahu latar belakang lahan perumahan Bapak Adi
mengaku bahwa lokasi pembangunan BTS tersebut adalah tanah Potongan (bukan
Timbunan)
Edit- Admint