Marhaban ya Ramadhan, selamat datang bulan suci Ramadhan. Kata itu
yang saat ini banyak diserukan umat Islam di seluruh dunia. Di
masjid-masjid, mushala, televisi, koran-koran, radio hingga mailing list
dan phone sellular pribadi, ungkapan selamat datang tampil dengan
berbagai ekspresi yang variatif. Marhaban ya Ramadhan sepatutnya bukan
sekadar ucapan selamat datang yang terlontar dari mulut belaka.
Sebab bulan yang penuh berkah ini sepatutnya disambut suka cita dan
kebahagian hati yang diekspresikan , tetapi kebahagian hati yang
diekspresikan dengan perubahan tindakan dan perilaku. Ibadah puasa di
bulan suci ini yang diwajibkan untuk orang-orang beriman di seluruh
dunia bukan sekadar ibadah.
Ibadah puasa di bulan Ramadhan sangat
berbeda dengan ibadah lain. Sebab, puasa adalah ibadah ‘rahasia’.
Artinya, orang itu berpuasa atau tidak hanyalah orang berpuasa itu
sendiri dan Allah saja yang mengetahuinya. Banyak nilai yang kita petik
dalam ketika menjalankan ibadah puasa.
Tidak sedikit literature dan
referensi kajian tentang makna puasa yang mengatakan bahwa beragam nilai
yang kita petik dari ibadah puasa di bulan Ramadhan seperti nilai
sosial, kesehatan, spiritual hingga kepribadian. Nilai sosial,
perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas,
kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme.
Ada pula manfaat lahiriah seperti pemulihan kesehatan (terutama
perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan
keharmonisan keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan
penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek spiritualitas:
puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan
hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq.
Semuanya adalah
nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak
hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita,
namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan
kita. Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah
bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu
memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya.
Jadi,
bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun,
kita sangat perlu menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau
direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca:
mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita.
Tentunya, kita harus
menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik
dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat
merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.
Ramadhan adalah bulan penyemangat.
Bulan yang mengisi kembali baterai
jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai ‘Shahrul Ibadah’ harus kita maknai
dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai
‘Shahrul Fath’ (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan
kebaikan atas segala keburukan.
Ramadhan sebagai “Shahrul Huda” (bulan
petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada
jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad Saw.
Ramadhan sebagai “Shahrus-Salam” harus kita maknai dengan mempromosikan
perdamaian dan keteduhan.
Ramadhan sebagai ‘Shahrul-Jihad” (bulan perjuangan) harus kita
realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di
muka bumi ini. Ramadhan sebagai “Shahrul Maghfirah” harus kita hiasi
dengan meminta dan memberiakan ampunan.
Ramadhan juga sebagai bulan
kesabaran, maka kita harus melatih untuk sabar dalam menjalani hidup.
Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah ‘gigih dan ulet’
seperti yang dimaksud dalam (QS. Ali Imran/3: 146).
Semoga dengan
mempersiapkan diri kita secara baik dan merencanakan aktivitas dan
ibadah-ibadah dengan ikhlas, serta berniat “liwajhillah wa
limardlatillah”, karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita
mendapatkan kedua kebahagiaan tersebut, yaitu “sa’adatud-daarain”
kebahagiaan dunia dan akherat.
Semoga kita bisa mengisi Ramadhan tidak
hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada itu kita juga
memperhatikan kualitas puasa kita.
(skpd/ Satpol- pp)