Jakarta,Buruhtoday.com : Jumlah pengungsi Gunung
Sinabung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang
meletus beberapa hari lalu, berkurang. Jika sebelumnya pengungsi
berjumlah 17.378 jiwa kini berkurang menjadi 12.322 jiwa yang tersebar
di 24 pos pengungsian. Berkurangnya jumlah pengungsi ini terjadi sejak
Jumat 20 September 2013 kemarin, pukul 18.00 WIB.
PVMBG Badan Geologi telah menetapkan, pada radius 3 km, khususnya di
daerah kawasan rawan bencana (KRB) III, tidak boleh ada aktivitas
masyarakat. Artinya, para pengungsi yang rumahnya berada di luar radius 3
km boleh pulang.
"Ada 5 desa yang warganya diharuskan mengungsi
yaitu Desa Simacem, Bekerah, Sigarang-garang, Kutagunggung, dan
Sukameriah. Bagi pengungsi yang tinggal di luar dari radius 3 km boleh
pulang ke rumah masing-masing," kata Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho
dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (21/9/2013).
Kepala
BNPB Syamsul Maarif menyatakan, pihaknya akan mengirim bantuan, seperti
makanan siap saji 1.500 paket, tenda 200 unit. Operasi hujan buatan akan
dilakukan guna membersihkan abu vulkanis dan pasir.
"Bantuan
bibit pertanian akan diberikan bekerjasama dengan Kementerian Pertanian.
Kebutuhan mendesak saat ini adalah sapu, sikat dan alat-alat untuk
memberihkan material gunung api di rumah penduduk. Kebutuhan dasar
pengungsi hingga saat ini masih terpenuhi," ujar Syamsul.
Masa
tanggap darurat akan berakhir pada Minggu 22 September besok. Saat ini
sedang dievaluasi dan kemungkinan akan diperpanjang sesuai kebutuhan
karena pengungsi masih memerlukan penanganan.
"Sebagian besar
warga mengungsi karena trauma letusan 2010 lalu. Warga juga takut karena
beredarnya SMS berantai menyesatkan yang berisi Gunung Sinabung akan
meletus hebat berdasarkan prediksi BMKG," sebut Syamsul.
Padahal,
lanjut dia, kegunungapian bukan ditangani BMKG tetapi PVMBG. Selain itu
warga tidak punya banyak pengetahuan soal Gunung Sinabung yang
sebelumnya selama 400 tahun tidak aktif, tiba-tiba 2010 meletus.
"Untuk
itu sosialisasi perlu dilakukan terus-menerus. Warga dihimbau tidak
percaya dengan SMS yang menyesatkan tersebut," tutup Syamsul
(sumber Liputan6.com, Jakarta :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar