Kantong demi kantong Plastik ia buka,satu persatu botol-botol bekas minuman mineral ia pisahkan dengan jenis yang lain.
Pada media ini 22/10 ,Ponimin bercerita,hidupnya sangat tragis,bahkan Istrinya juga ikut melakukan pekerjaan yang sama di tempat lain.
" Hanya ini yang bisa saya kerjakan,tapi walau begini saya bisa sekolahkan anak saya,bukan itu saja,tetangga saya juga saya berikan pekerjaan,barang-barang ini nanti saya bawa kerumah, tetangga saya suruh untuk membersikan botol-botol minuman bekas ini,mereka saya berikan imbalan Rp 1000 untuk perkilonya,bukan itu saja,Tiap bulan saya memberikan Rp 2.100.000 kepada pihak dari Cleaning servis (CS) di pelabuhan ini,semua saya bagi,Supir lori juga saya bagi Rp 50ribu/minggu ,habis gimana? kalau tidak begitu,aku tidak bertahan disini "jelasnya.
Ponimin mengaku,tiap bulannya Ia mendapatkan penghasilan kotor sebesar Rp 4.5 juta dan bersihnya sekitar Rp 1,5 juta dan sisanya habis di bagikan kepada orang-orang memiliki hak toritorial di pelabuhan tersebut.
Sangat ironis bila ada orang memamfaatkan kepolosan seseorang yang jelas-jelas bukan haknya apalagi terhadap orang tua yang sudah berumur renta yang seharusnya di tolong .
Pada kata terakhirnya Ponimin mengatakan,itu tidak masalah yang penting dia dan keluarganya bisa bertahan hidup di Batam.
" Enggak apalah pak wartawan,yang penting halal. namanya rezeki harus di bagi-bagi,dari pada yang lain-lain tidak perlu disebutkan bapak wartawan pun pasti sudah lebih mengetahuinya" ujarnya Optimis.
(Agus Budi Tambunan)
Enggak gengsi pak...yang penting Halal..
BalasHapus