Buruhtoday - 2 hari setelah pascapemilu legislatif, sejumblah media eletronik sudah memberitakan sejumlah para caleg yang mengalami stres akibat suara yang diperolehnya tidak sesuai dengan harapan, lalu bagaimana pula dengan para caleg Kota Batam ?.
khabar tentang calon legaislatif (caleg) Kota Batam hingga saat ini belum ada yang mengalami stres, bisa jadi dikarenakan perolehan perhitungan suara dari rapat pleno di setiap kelurahan-kelurahan belum rampung selesai. maka dari itu tidak menutup kemungkinan para caleg Kota Batam akan menyusul seperti caleg dari kota-kota lainnya.
Salah satu contoh Calon anggota
legislatif (caleg) yang mengalami stres adalah Witarsa dari Partai Demokrat untuk Dapil Jabar X mengalami stres akibat perolehan suaranya sangat minim, sehingga gagal
menjadi anggota DPRD Jawa Barat. Padahal, modal yang dikeluarkannya
sangat besar.
Kabar mengenai caleg stres ini dimunculkan disalah satu media electronik TVOne, Kamis (10/4), kemudian videonya menyebar di youtube.
Bukan hanya Witarsa, caleg dari PKS pun turut mengalami hal sama, Muhammad
Taufiq (50). Kecewa dan marah perolehan suaranya minim, pria ini
ditemani Asmad (50) tiba-tiba keluar dari rumah dan mendatangi TPS 2
Dusun Cekocek, Desa Bierem, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang. Rabu (9/4) sore pukul 15.45, petugas baru saja merampungkan penghitungan suara.
“Merasa tidak puas dengan hasil perhitungan suara, kedua pelaku pergi
ke TKP dan mengambil kotak suara secara paksa, kemudian dibawa ke rumah
Saudara Taufik,” ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie,
Kamis (10/4/). Kedua pelaku kemudian diamankan Panwascam Tambelangan.(simotmot.com)
Para caleg mestinya mempersiapkan diri sebelum terlaksananya pascapemilu,maka dari itu stress tidak perlu terjadi, selama semua caleg maupun
timses tersebut memiliki kesiapan yang matang untuk terlibat dalam
Pemilu. Kesiapan tersebut meliputi beberapa aspek diantaranya :
1. Kesiapan Spiritual
Yang dimaksud adalah kondisi jiwa yang selalu
dekat dengan Tuhan, selalu berada dalam ketaatan terhadap aturan-Nya.
Manusia yang dekat dengan Allah akan selalu berada dalam kondisi yang
siap menghadapi berbagai macam permasalahan hidup. Tidak gampang
menyerah, tidak gampang putus asa, tidak gampang lemah, tidak gampang
patah, tidak gampang berkeluh kesah.
Orang-orang religius selalu meyakini bahwa
semua kejadian hidup selalu ada hikmahnya untuk kebaikan hidup di masa
yang akan datang. Sikap hidup orang beriman selalu positif, sehingga
akan terhindar dari stres dan depresi saat menghadapi ujian dan
kesulitan.
2. Kesiapan Mental
Mental perlu disiapkan dengan baik untuk
menghadapi semua ujian kehidupan. Untuk menjadi caleg, harus memiliki
mental positif, yaitu siap menang dan siap kalah. Jika menang tidak akan
sombong dan lupa diri, jika kalah tidak akan stress serta depresi.
Kesiapan mental ini menjadi persyaratan penting dalam setiap kompetisi,
agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi pemenang maupun yang kalah.
Jadi, kesiapan mental ini bukan hanya
diperlukan apabila kalah, bahkan para pemenang juga harus memiliki
kesiapan mental sebagai pemenang. Parpol, caleg, timses, capres yang
menang, apabila tidak memiliki mental positif, akan bertindak sombong,
arogam, dan sewenang-wenang. Mereka bisa mabok kemenangan dan akhirnya
lupa diri.
3. Kesiapan Material
Orang Jawa mengatakan, “jer basuki mawa bea”.
Setiap keinginan untuk sukses mencapai tujuan itu tidak bisa dilepaskan
dari biaya. Untuk kampanye, pasti mengeluarkan sejumlah biaya, seperti
mencetak stiker, mencetak spanduk, baliho, dan alat peraga kampanye
lainnya. Belum lagi pada beberapa kalangan yang “menghalalkan segala
cara”, maka pengeluaran dana menjadi tidak bisa dikontrol lagi.
Jika ada caleg yang memaksakan diri sampai
melakukan upaya pemenangan yang diluar batas kemampuannya, sangat
mungkin akan mengalami depresi saat tidak terpilih dalam Pemilu.
Terbayang bagaimana akan mengembalikan hutang, terbayang berbagai harta
benda yang sudah dikeluarkan untuk pemenangan dirinya.
4. Kesiapan Sosial
Kesiapan sosial lebih pada dukungan dari
keluarga dan lingkungan sekitar sejak awal pencalonan. Jika orang-orang
terdekat saja tidak memberikan dukungan, maka di saat kalah ia akan
kesulitan untuk kembali kepada kehangatan keluarga dan tetangga. Maka
para caleg harus memastikan dari awal, ada dukungan positif dri
keluarga, sanak saudara dan tetangga sekitar.
Jika menang, maka semua bisa menjadi cerita
indah. Namun jika kalah, terlalu pahit rasanya apabila tidak ada
keluarga dan kerabat yang bisa menerima kekalahannya. Ia merasa terbuang
dan tercerabut dari orang-orang terdekatnya, sehingga tidak bisa
melakukan recovery atas kondisi jiwanya yang tengah kalah.
(Dikutip dari beberapa sumber oleh admint.)