Buruhtoday.com - Ribuan buruh perusahaan jasa minyak dunia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat merosotnya harga jual minyak mentah.
Schlumberger Ltd adalah perusahaan penyedia jasa perminyakan terbesar di dunia telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sebanyak 11.000 tenaga kerja.
Sejak jatuhnya harga minyak dunia, Schlumberger telah memangkas 20.000 tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja Schlumberger saat ini tercatat lebih rendah 15 persen dibandingkan pada kuartal ketiga tahun 2014. Pada Januari lalu, Schlumberger mengumumkan rencananya untuk memangkas 9.000 posisi.
Menurut Cowen & Co, perusahaan-perusahaan penghasil energi yang tergantung pada penyedia jasa diperkirakan memangkas biaya hingga USD 114 miliar pada tahun ini.
Sejak jatuhnya harga minyak dunia, Schlumberger telah memangkas 20.000 tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja Schlumberger saat ini tercatat lebih rendah 15 persen dibandingkan pada kuartal ketiga tahun 2014. Pada Januari lalu, Schlumberger mengumumkan rencananya untuk memangkas 9.000 posisi.
Menurut Cowen & Co, perusahaan-perusahaan penghasil energi yang tergantung pada penyedia jasa diperkirakan memangkas biaya hingga USD 114 miliar pada tahun ini.
Di seluruh dunia, industri perminyakan telah mengumumkan PHK hingga 100.000 tenaga kerja menyusul anjloknya harga minyak mentah dunia.
Sejumlah perusahaan yang terkait industri perminyakan diperkirakan terus melakukan PHK untuk mengatasi penurunan harga minyak.
"Akan ada gelombang PHK setelah ini. Anda tidak dapat memangkas seluruh pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan PHK pertama kali," kata James Wicklund, analis dari Credit Suisse Group AG, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/4/2015).
"Secara umum kita memperkirakan akan ada PHK lanjutan. Saya pikir mereka telah mendapatkan angka PHK yang besar pertama kalinya. Ini lebih dari ekspektasi saya," kata Rob Desai, analis dari Edward Jones.
Sejumlah perusahaan yang terkait industri perminyakan diperkirakan terus melakukan PHK untuk mengatasi penurunan harga minyak.
"Akan ada gelombang PHK setelah ini. Anda tidak dapat memangkas seluruh pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan PHK pertama kali," kata James Wicklund, analis dari Credit Suisse Group AG, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/4/2015).
"Secara umum kita memperkirakan akan ada PHK lanjutan. Saya pikir mereka telah mendapatkan angka PHK yang besar pertama kalinya. Ini lebih dari ekspektasi saya," kata Rob Desai, analis dari Edward Jones.
(sumber Rimanews)