internet |
Jakarta,Buruhtoday.com - Pertengahan Januari 2016, perusahaan baja terbesar di Indonesia yakni PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) akan segera memulai kontruksi pabrik hot strip mill(HSM) II bernilai US$ 405,9 juta. Target tersebut sempat mundur dari rencana pada kaurtal IV tahun 2015 ini. Dan perseroan akan menyetor uang muka terlebih dahulu kepada Commerzbank AG
untuk penarikan pinjaman secara bertahap dengan total plafon US$ 260,05
juta.
“Pembangunan HSM II harus sudah dibangun pada pertengahan Januari, tidak bisa mundur lagi,” kata Sukandar selaku Direktur Utama Krakatau Steel, baru-baru ini di Jakarta.
Sukandar juga menegaskan, ketika membayar uang muka penarikan pinjaman, pihak kontraktor pabrik juga harus menerima pembayaran 15% dari belanja konstruksi. Dengan demikian, penarikan pinjaman tahap pertama akan dilakukan pada kuartal III-2015.
Sebagai informasi, rencana pembangunan HSM II telah disampaikan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada Maret 2014. Jika dimulai Januari 2016, pabrik tersebut diharapkan beroperasi pada semester I-2018.
HSM II yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun tersebut dibangun di lahan seluas 48 hektare (ha) di kawasan industri milik perseroan, Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC). Pembangunan pabrik ini bakal meningkatkan kapasitas produksi hot strip mill dari 2,4 juta ton per tahun menjadi 3,9 juta ton per tahun pada 2018.
Pada 4 Juli 2014, Krakatau Steel telah meneken kontrak proyek HSM II dengan konsorsium kontraktor EPC. Konsorsium tersebut terdiri atas SMS Siemag Aktiengesellschaft (SMS Siemag AG) dari Jerman dan PT Krakatau Engineering, anak usaha perseroan.
Sukandar menambahkan, selain proyek HSM II, perseroan bakal mengerjakan konversi gas fired menjadi coal fired steam generator 2x80 megawatt (MW) tahun depan. Perseroan sedang melakukan tender terkait kontruksi proyek tersebut.
Selain itu, lanjut dia, perseroan segera menyelesaikan proyek pabrik blast furnace senilai US$ 656,3 juta, yang berkapasitas 1,2 juta ton per tahun. Progres proyek telah mencapai 93,2% per 30 November 2015. Pabrik itu ditargetkan mulai beroperasi pada semester II-2016.
Selanjutnya, perusahaan patungan PT Krakatau Nippon Steel Sumikin juga melanjutkan pembangunan pabrik baja lembaran berupa annealed cold rollled steel dan hot dip galvanized steel dengan total investasi US$ 405 juta. Progres proyek ini mencapai 15,2% per November 2015 dan ditargetkan mulai beropasi pada pertengahan 2017.
Terakhir, PT Krakatau Osaka Steel juga melanjutkan pembangunan pabrik baja senilai US$ 220 juta berkapasitas 500 ribu ton per tahun. Per November 2015, konstruksi proyek mencapai 17,71% dan ditargetkan beroperasi pada akhir 2016.
“Dengan proyek-proyek tersebut, kami masih menunggu persetujuan komisaris terkait belanja modal (capital expenditure/capex) tahun depan. Kemungkinan, karena blast furnace akan rampung, capex tahun depan lebih rendah dari tahun ini,” ujar Sukandar.
Tahun ini, Krakatau Steel mengalokasikan capex senilai US$ 550 juta. Namun, sampai saat ini, capex tersebut baru terserap 45% dan dipastikan anggaran capex tidak terserap maksimal.
Pada kesempatan sama, Direktur Keuangan Krakatau Steel Anggiasari Hindratmo mengatakan, konstruksi sejumlah proyek baru mengalami keterlambatan lantaran kendala teknis. Namun, perseroan lebih optimistis kinerja tahun depan membaik seiring dengan berbagai proyek infrastruktur yang dibangun pemerintah.
“Untuk penjualan tahun depan, kami harap ada kenaikan sekitar 10-12% dibandingkan tahun ini,” kata dia.
“Pembangunan HSM II harus sudah dibangun pada pertengahan Januari, tidak bisa mundur lagi,” kata Sukandar selaku Direktur Utama Krakatau Steel, baru-baru ini di Jakarta.
Sukandar juga menegaskan, ketika membayar uang muka penarikan pinjaman, pihak kontraktor pabrik juga harus menerima pembayaran 15% dari belanja konstruksi. Dengan demikian, penarikan pinjaman tahap pertama akan dilakukan pada kuartal III-2015.
Sebagai informasi, rencana pembangunan HSM II telah disampaikan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada Maret 2014. Jika dimulai Januari 2016, pabrik tersebut diharapkan beroperasi pada semester I-2018.
HSM II yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun tersebut dibangun di lahan seluas 48 hektare (ha) di kawasan industri milik perseroan, Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC). Pembangunan pabrik ini bakal meningkatkan kapasitas produksi hot strip mill dari 2,4 juta ton per tahun menjadi 3,9 juta ton per tahun pada 2018.
Pada 4 Juli 2014, Krakatau Steel telah meneken kontrak proyek HSM II dengan konsorsium kontraktor EPC. Konsorsium tersebut terdiri atas SMS Siemag Aktiengesellschaft (SMS Siemag AG) dari Jerman dan PT Krakatau Engineering, anak usaha perseroan.
Sukandar menambahkan, selain proyek HSM II, perseroan bakal mengerjakan konversi gas fired menjadi coal fired steam generator 2x80 megawatt (MW) tahun depan. Perseroan sedang melakukan tender terkait kontruksi proyek tersebut.
Selain itu, lanjut dia, perseroan segera menyelesaikan proyek pabrik blast furnace senilai US$ 656,3 juta, yang berkapasitas 1,2 juta ton per tahun. Progres proyek telah mencapai 93,2% per 30 November 2015. Pabrik itu ditargetkan mulai beroperasi pada semester II-2016.
Selanjutnya, perusahaan patungan PT Krakatau Nippon Steel Sumikin juga melanjutkan pembangunan pabrik baja lembaran berupa annealed cold rollled steel dan hot dip galvanized steel dengan total investasi US$ 405 juta. Progres proyek ini mencapai 15,2% per November 2015 dan ditargetkan mulai beropasi pada pertengahan 2017.
Terakhir, PT Krakatau Osaka Steel juga melanjutkan pembangunan pabrik baja senilai US$ 220 juta berkapasitas 500 ribu ton per tahun. Per November 2015, konstruksi proyek mencapai 17,71% dan ditargetkan beroperasi pada akhir 2016.
“Dengan proyek-proyek tersebut, kami masih menunggu persetujuan komisaris terkait belanja modal (capital expenditure/capex) tahun depan. Kemungkinan, karena blast furnace akan rampung, capex tahun depan lebih rendah dari tahun ini,” ujar Sukandar.
Tahun ini, Krakatau Steel mengalokasikan capex senilai US$ 550 juta. Namun, sampai saat ini, capex tersebut baru terserap 45% dan dipastikan anggaran capex tidak terserap maksimal.
Pada kesempatan sama, Direktur Keuangan Krakatau Steel Anggiasari Hindratmo mengatakan, konstruksi sejumlah proyek baru mengalami keterlambatan lantaran kendala teknis. Namun, perseroan lebih optimistis kinerja tahun depan membaik seiring dengan berbagai proyek infrastruktur yang dibangun pemerintah.
“Untuk penjualan tahun depan, kami harap ada kenaikan sekitar 10-12% dibandingkan tahun ini,” kata dia.
( sumber Beritasatu.com).