 |
| Ilustrasi (net) |
Batam,Buruhtoday.com - Ketua Asosiasi Pengelola Kios Air Batam(ASPEKAB), Roberto Siahaan menegaskan bahwa pihak PT Adhya Tirta Batam(ATB) selama ini terbukti terbantu bahwa keberadaan kios air sangat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat yang bermukim di Rumah Liar(ruli).
Roberto mengaku masuknya air bersih ATB di kawasan Ruli membawa dampak positif bagi semua aspek kehidupan masyarakat, diantaranya sosial budaya, kesehatan, kebersihan, perekonomian dan keagamaan.
“Permasalahan yang ada saat ini, para pengelola kios air kesulitan mematuhi ketentuan perjanjian sistem curah di tempat (Bangunan Kios Air),” jelasnya, Jumat(4/12/2015).
Ia mengatakan bahwa atas desakan masyarakat, pengelola melakukan penyambungan langsung ke rumah-rumah penduduk dengan memakai meteran air.
“Tidak semua masyarakat sanggup memikul air dari lokasi Kios Air ke rumah-rumah yang jaraknya relatif jauh,” jelasnya.
Ditegaskannya bahwa kondisi ini bukan akal-akalan pengelola namun sudah diketahui ATB, BP Batam, DPRD dan Pemko Batam sejak tahun 2005 lalu.
“Kini, persoalan yang sama diangkat dan dipersoalkan kembali yaitu kembali ke sistem curah, yang tentunya akan merepotkan masyarakat dan menimbulkan konsekuensi biaya, tenaga, dan waktu,” terangnya.
Ia juga berharap agar BP Batam memberikan kompensasi terhadap ATB atas pelanggaran konsesi terkait sistem curah tersebut, karena ini merupakan kehidupan manusia yang bermukim di rumah liar(Ruli).
“Sistem penyaluran air langsung ke masyarakat sangat bermanfaat bagi masyarakat, itu jelas bukan kejahatan,” tegasnya.
Untuk diketahui keberadaan kios air di Batam berawal pada bulan oktober 2003 sampai akhir 2004. Saat itu ATB membangun dan membiayai 8 Kios Air di Ruli untuk mengatasi pencurian air dari pipa ATB yang dilakukan oleh warga yang bermukim di RULI. Karena dianggap berhasil, maka ATB menambah penempatan Kios Air di 8 lokasi di Ruli yang berbeda. (red/AMOK Group).
“Permasalahan yang ada saat ini, para pengelola kios air kesulitan mematuhi ketentuan perjanjian sistem curah di tempat (Bangunan Kios Air),” jelasnya, Jumat(4/12/2015).
Ia mengatakan bahwa atas desakan masyarakat, pengelola melakukan penyambungan langsung ke rumah-rumah penduduk dengan memakai meteran air.
“Tidak semua masyarakat sanggup memikul air dari lokasi Kios Air ke rumah-rumah yang jaraknya relatif jauh,” jelasnya.
Ditegaskannya bahwa kondisi ini bukan akal-akalan pengelola namun sudah diketahui ATB, BP Batam, DPRD dan Pemko Batam sejak tahun 2005 lalu.
“Kini, persoalan yang sama diangkat dan dipersoalkan kembali yaitu kembali ke sistem curah, yang tentunya akan merepotkan masyarakat dan menimbulkan konsekuensi biaya, tenaga, dan waktu,” terangnya.
Ia juga berharap agar BP Batam memberikan kompensasi terhadap ATB atas pelanggaran konsesi terkait sistem curah tersebut, karena ini merupakan kehidupan manusia yang bermukim di rumah liar(Ruli).
“Sistem penyaluran air langsung ke masyarakat sangat bermanfaat bagi masyarakat, itu jelas bukan kejahatan,” tegasnya.
Untuk diketahui keberadaan kios air di Batam berawal pada bulan oktober 2003 sampai akhir 2004. Saat itu ATB membangun dan membiayai 8 Kios Air di Ruli untuk mengatasi pencurian air dari pipa ATB yang dilakukan oleh warga yang bermukim di RULI. Karena dianggap berhasil, maka ATB menambah penempatan Kios Air di 8 lokasi di Ruli yang berbeda. (red/AMOK Group).
