Jakarta,Buruhtoday.com - Anjloknya harga minyak dunia sejak September 2014 lalu, mengakibatkan beberapa perusahaan minyak terbesar di Indonesia mengalami kesulitan keuangan. Bahkan PT Chevron Pacific Indonesia tidak mampu mempertahankan karyawannya.
Akibatnya, PT Chervron mengambil langkah melakukan pengurangan karyawan dengan cara menawarkan pensiun dini secara sukarela.
Meski mengalami kesulitan keuangan, ConocoPhilips Indonesia masih bertahan dengan tidak melakukan pengurangan karyawan. Akan tetapi perusahaan tersebut mengambil langkah melakukan penundaan kenaikan gaji dan bonus untuk para karyawannya.
Sementara itu, hal yang sama juga dirasakan perusahaan Total E&P Indonesia. Tetapi perusahaan minyak asal Perancis tersebut juga tak sampai melakukan PHK karyawan. Sampai hari ini, Total masih dapat mempertahankan 3.600 pegawainya di Indonesia.
"Kinerja finansial kita tentu berkurang karena harga minyak yang turun. Tapi kita melihat PHK sebagai jalan yang terakhir. Saat ini kita masih bisa me-manage orang-orang yang ada, saat ini belum ada PHK," kata Vice President HR Communications General Services Total E&P Indonesie, Arividya Noviyanto, saat diskusi dengan media di WTC Sudirman, Jakarta, Senin (25/4/2016).
Arividya menambahkan, di Total pun ada juga pekerja yang mengambil pensiun dini seperti di Chevron. Opsi tersebut memang selalu terbuka berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) alias kontrak kerja dengan karyawan.
"Early retirement adalah opsi yang selalu terbuka. Di dalam PKB memang ada ketentuan karyawan yang sudah berumur tertentu, mereka boleh mengambilnya. Tapi tergantung dari kebutuhan, kalau manajemen masih membutuhkan belum bisa," dia menjelaskan.
Tapi tidak ada penawaran terbuka untuk mengambil opsi pengunduran diri, tidak ada anjuran dari perusahaan, Total tidak melakukan pengurangan pekerja untuk efisiensi. Jumlah pekerja yang mengambil pensiun dini di 2015 hanya kurang dari 10 orang.
"Ada yang sudah mengambil, tapi tidak banyak. Tahun lalu tidak lebih dari 10 orang dan itu proses yang biasa," tuturnya.
Efisiensi yang dilakukan Total untuk menyehatkan keuangan perusahaan sekaligus mencegah PHK misalnya dengan memangkas biaya investasi untuk kegiatan-kegiatan yang kurang ekonomis.
Kegiatan pengeboran misalnya, dikurangi signifikan. Bila tahun 2014 lalu Total melakukan pengeboran hingga 107 sumur, 2015 lalu cuma 36 sumur.
"Sumur yang dibor tentunya berkurang, banyak yang menjadi kurang ekonomis. Expenditure (belanja modal) kita kurangi, calon-calon sumur yang ada tidak ekonomis bila harga minyak di bawah US$ 50 per barel. Tahun 2015 kita mengebor 36 sumur, tahun sebelumnya 107 sumur," ungkapnya.
Efisiensi lainnya ialah dengan mengurangi waktu non produktif untuk sumur-sumur pengeboran.
"Yang langsung terlihat misalnya non productive time dari sumur pengeboran. Tahun lalu kita berhasil hanya 7%, standarnya bisa 15-20%," papar Arividya.
Total juga mengurangi kapal-kapal yang digunakan untuk keperluan logistik.
"Kita juga meminimumkan logistik, kita efisienkan kapal-kapal transportasi," pungkasnya.
(sumber Detik.com).
Akibatnya, PT Chervron mengambil langkah melakukan pengurangan karyawan dengan cara menawarkan pensiun dini secara sukarela.
Meski mengalami kesulitan keuangan, ConocoPhilips Indonesia masih bertahan dengan tidak melakukan pengurangan karyawan. Akan tetapi perusahaan tersebut mengambil langkah melakukan penundaan kenaikan gaji dan bonus untuk para karyawannya.
Sementara itu, hal yang sama juga dirasakan perusahaan Total E&P Indonesia. Tetapi perusahaan minyak asal Perancis tersebut juga tak sampai melakukan PHK karyawan. Sampai hari ini, Total masih dapat mempertahankan 3.600 pegawainya di Indonesia.
"Kinerja finansial kita tentu berkurang karena harga minyak yang turun. Tapi kita melihat PHK sebagai jalan yang terakhir. Saat ini kita masih bisa me-manage orang-orang yang ada, saat ini belum ada PHK," kata Vice President HR Communications General Services Total E&P Indonesie, Arividya Noviyanto, saat diskusi dengan media di WTC Sudirman, Jakarta, Senin (25/4/2016).
Arividya menambahkan, di Total pun ada juga pekerja yang mengambil pensiun dini seperti di Chevron. Opsi tersebut memang selalu terbuka berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) alias kontrak kerja dengan karyawan.
"Early retirement adalah opsi yang selalu terbuka. Di dalam PKB memang ada ketentuan karyawan yang sudah berumur tertentu, mereka boleh mengambilnya. Tapi tergantung dari kebutuhan, kalau manajemen masih membutuhkan belum bisa," dia menjelaskan.
Tapi tidak ada penawaran terbuka untuk mengambil opsi pengunduran diri, tidak ada anjuran dari perusahaan, Total tidak melakukan pengurangan pekerja untuk efisiensi. Jumlah pekerja yang mengambil pensiun dini di 2015 hanya kurang dari 10 orang.
"Ada yang sudah mengambil, tapi tidak banyak. Tahun lalu tidak lebih dari 10 orang dan itu proses yang biasa," tuturnya.
Efisiensi yang dilakukan Total untuk menyehatkan keuangan perusahaan sekaligus mencegah PHK misalnya dengan memangkas biaya investasi untuk kegiatan-kegiatan yang kurang ekonomis.
Kegiatan pengeboran misalnya, dikurangi signifikan. Bila tahun 2014 lalu Total melakukan pengeboran hingga 107 sumur, 2015 lalu cuma 36 sumur.
"Sumur yang dibor tentunya berkurang, banyak yang menjadi kurang ekonomis. Expenditure (belanja modal) kita kurangi, calon-calon sumur yang ada tidak ekonomis bila harga minyak di bawah US$ 50 per barel. Tahun 2015 kita mengebor 36 sumur, tahun sebelumnya 107 sumur," ungkapnya.
Efisiensi lainnya ialah dengan mengurangi waktu non produktif untuk sumur-sumur pengeboran.
"Yang langsung terlihat misalnya non productive time dari sumur pengeboran. Tahun lalu kita berhasil hanya 7%, standarnya bisa 15-20%," papar Arividya.
Total juga mengurangi kapal-kapal yang digunakan untuk keperluan logistik.
"Kita juga meminimumkan logistik, kita efisienkan kapal-kapal transportasi," pungkasnya.
(sumber Detik.com).