Untuk menjalankan aksinya, mafia BBM bersubsidi ini menggunakan dua modus, yakni modus pertama, para pelaku membeli solar dari SPBU menggunakan mobil yang tankinya sudah di modifikasi.
“Kalau orang melihat, seolah-olah sedang mengisi tangki BBM mobil. Tidak tahunya ternyata yang diisi adalah drum- drum yang sudah ditata,” kata Mustofa, warga Pungging Kabupaten Mojokerto beberapa hari lalu.
Modus kedua, para pelaku diduga membeli solar bersubsidi dengan menggunakan jerigen. Setelah seluruh jeriken terisi penuh, lalu dibawa ke tempat penimbunan untuk kemudian dijual ke pabrik-pabrik. Biasanya para pelaku membeli solar bersubsidi pada malam hari, yakni saat SPBU sepi dan tidak ada antrian kendaraan yang membeli BBM.
Parahnya lagi, aktifitas mafia BBM bersubsidi ini bisa berjalan lancar karena diduga ada oknum-oknum yang membekingi. Salah satu sindikat BBM bersubsidi tersebut diduga kuat dibekingi oleh oknum wartawan berinisal DS.
DS sendiri ketika dikonfirmasi membantah terlibat dalam penyalahgunaan BBM bersubsidi di Pungging Mojokerto. Dia mengaku tidak mengetahui adanya penyalahgunaan BBM bersubsidi di wilayah tersebut.
“Saya tak tahu itu, setahu saya permainan BBM bersubsidi terjadi 3 tahun lalu,” ujarnya ketika dihubungi AMOK Group, Selasa(31/5/2016).
Menurutnya modus pernyalahgunaan BMM bersubsidi di Jawa Timur tersebut sudah 3 tahun dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah yang besar.
“Dulu modusnya, solar bersubsidi dibeli dari SPBU di wilayah Tuban, Lamongan dan Bojonegoro dan dibawa ke Surabaya,” ujarnya.
Ditegaskannya bahwa dia sama sekali belum mengetahui adanya penyelewengan BBM bersubsidi di daerah Pungging Mojokerto.
“Setahu saya tidak ada, karena itu daerah pegunungan,” pungkasnya.
(AMOK GROUP).
“Kalau orang melihat, seolah-olah sedang mengisi tangki BBM mobil. Tidak tahunya ternyata yang diisi adalah drum- drum yang sudah ditata,” kata Mustofa, warga Pungging Kabupaten Mojokerto beberapa hari lalu.
Modus kedua, para pelaku diduga membeli solar bersubsidi dengan menggunakan jerigen. Setelah seluruh jeriken terisi penuh, lalu dibawa ke tempat penimbunan untuk kemudian dijual ke pabrik-pabrik. Biasanya para pelaku membeli solar bersubsidi pada malam hari, yakni saat SPBU sepi dan tidak ada antrian kendaraan yang membeli BBM.
Parahnya lagi, aktifitas mafia BBM bersubsidi ini bisa berjalan lancar karena diduga ada oknum-oknum yang membekingi. Salah satu sindikat BBM bersubsidi tersebut diduga kuat dibekingi oleh oknum wartawan berinisal DS.
DS sendiri ketika dikonfirmasi membantah terlibat dalam penyalahgunaan BBM bersubsidi di Pungging Mojokerto. Dia mengaku tidak mengetahui adanya penyalahgunaan BBM bersubsidi di wilayah tersebut.
“Saya tak tahu itu, setahu saya permainan BBM bersubsidi terjadi 3 tahun lalu,” ujarnya ketika dihubungi AMOK Group, Selasa(31/5/2016).
Menurutnya modus pernyalahgunaan BMM bersubsidi di Jawa Timur tersebut sudah 3 tahun dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah yang besar.
“Dulu modusnya, solar bersubsidi dibeli dari SPBU di wilayah Tuban, Lamongan dan Bojonegoro dan dibawa ke Surabaya,” ujarnya.
Ditegaskannya bahwa dia sama sekali belum mengetahui adanya penyelewengan BBM bersubsidi di daerah Pungging Mojokerto.
“Setahu saya tidak ada, karena itu daerah pegunungan,” pungkasnya.
(AMOK GROUP).