Buruhtoday.com - Sebanyak 200 buruh terjangkit penyakit serius dan 76 buruh meninggal akibat lingkungan tidak sehat. Mereka bekerja sebagai buruh di pabrik semikonduktor dan LCD Samsung yang terletak di Korea Selatan.
Sebanyak 76 buruh yang meninggal tersebut rata-rata masih berusia 20-an hingga 30-an tahun. Paparan bahan kimia di lingkungan pabrik diduga berkontribusi pada penyebaran penyakit tersebut.
Berdasarkan laporan investigasi organisasi berita non-profit AS, The Associated Press, beberapa penyakit serius yang teridentifikasi adalah leukimia, limfoma, lupus, dan gangguan sistem saraf pusat.
Secara keseluruhan, ada lebih dari 200 kasus pekerja Samsung yang terkena penyakit serius, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Kamis (11/8/2016) dari laporan investigasi tersebut. Meskipun begitu, tidak diketahui rentang waktu kejadian ini.
Yang disayangkan dari insiden ini, Samsung diduga menutupi informasi tentang risiko paparan bahan kimia di pabriknya. Para pekerja tak tahu bahwa rutinitas mereka bisa mendatangkan penyakit, sehingga tak ada upaya pencegahan.
"Otoritas pemerintah Korea Selatan membiarkan Samsung menahan informasi krusial itu," begitu tertera pada laporan The Associated Press.
Dengan ini, para pekerja dan keluarga kesulitan mendapat kompensasi dari pemerintah Korea Selatan. Tak ada keterangan resmi bahwa penyakit mereka berasal dari paparan racun di tempat kerja.
"Samsung pernah menawari saya uang 864.000 dollar AS (Rp 11,3 triliun) agar bungkam," kata Hwang Sang-Gi. Ia adalah ayah dari seorang pekerja Samsung yang meninggal di usia 22 tahun karena leukimia.
"Ini untuk menyangkal bahwa penyakit anak saya berhubungan dengan pekerjaan, agar saya tak melawan balik," ia menuturkan.
Kesaksian lainnya didapat dari mantan pekerja Samsung, Park Min-Sook, yang kini bertahan hidup dengan kanker payudara. Menurut dia, Samsung sengaja memperkerjakan remaja dari daerah pinggiran yang tak paham soal risiko bahan kimia pabrik.
"Mereka (Samsung) anggap uang adalah segalanya dan memperlakukan kami seperti cangkir sekali pakai," kata dia.
Keluhan serupa datang dari mantan pekerja lainnya, Kim Mi-Seon. Perempuan 36 tahun itu kehilangan kemampuan penglihatan. Ia didiagnosis menderita gangguan saraf pusat, tepatnya sumsum tulang belakang.
"Tak pernah ada edukasi tentang bahan kimia yang berbahaya agar kami lebih berhati-hati," ia menjelaskan.
Belum ada tanggapan resmi dari pihak Samsung. Laporan investigasi ini juga belum jelas akan dibawa ke jalur hukum atau tidak.
Berdasarkan laporan investigasi organisasi berita non-profit AS, The Associated Press, beberapa penyakit serius yang teridentifikasi adalah leukimia, limfoma, lupus, dan gangguan sistem saraf pusat.
Secara keseluruhan, ada lebih dari 200 kasus pekerja Samsung yang terkena penyakit serius, sebagaimana dihimpun KompasTekno, Kamis (11/8/2016) dari laporan investigasi tersebut. Meskipun begitu, tidak diketahui rentang waktu kejadian ini.
Yang disayangkan dari insiden ini, Samsung diduga menutupi informasi tentang risiko paparan bahan kimia di pabriknya. Para pekerja tak tahu bahwa rutinitas mereka bisa mendatangkan penyakit, sehingga tak ada upaya pencegahan.
"Otoritas pemerintah Korea Selatan membiarkan Samsung menahan informasi krusial itu," begitu tertera pada laporan The Associated Press.
Dengan ini, para pekerja dan keluarga kesulitan mendapat kompensasi dari pemerintah Korea Selatan. Tak ada keterangan resmi bahwa penyakit mereka berasal dari paparan racun di tempat kerja.
"Samsung pernah menawari saya uang 864.000 dollar AS (Rp 11,3 triliun) agar bungkam," kata Hwang Sang-Gi. Ia adalah ayah dari seorang pekerja Samsung yang meninggal di usia 22 tahun karena leukimia.
"Ini untuk menyangkal bahwa penyakit anak saya berhubungan dengan pekerjaan, agar saya tak melawan balik," ia menuturkan.
Kesaksian lainnya didapat dari mantan pekerja Samsung, Park Min-Sook, yang kini bertahan hidup dengan kanker payudara. Menurut dia, Samsung sengaja memperkerjakan remaja dari daerah pinggiran yang tak paham soal risiko bahan kimia pabrik.
"Mereka (Samsung) anggap uang adalah segalanya dan memperlakukan kami seperti cangkir sekali pakai," kata dia.
Keluhan serupa datang dari mantan pekerja lainnya, Kim Mi-Seon. Perempuan 36 tahun itu kehilangan kemampuan penglihatan. Ia didiagnosis menderita gangguan saraf pusat, tepatnya sumsum tulang belakang.
"Tak pernah ada edukasi tentang bahan kimia yang berbahaya agar kami lebih berhati-hati," ia menjelaskan.
Belum ada tanggapan resmi dari pihak Samsung. Laporan investigasi ini juga belum jelas akan dibawa ke jalur hukum atau tidak.
(sumber Kompas.com)