TARAKAN - Buruh galian tanah proyek jaringan gas rumah tangga di Kota Tarakan mengaku belum menerima gaji dari mandor perusahaan pemenang proyek. Sehingga mereka malas untuk bekerja dan memilih duduk dibawah pohon rindang dilokasi pekerjaan.
ST (45), salah satu buruh mengungkapkan alasannya malas bekerja karena gaji harian mereka tersendat-sendat. “Saya sengaja tidak bekerja, masa saya seperti dibunuh gini. Saya belum makan pagi. Sekarang sudah tidak kuat kerja,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sudah satu bulan lebih bekerja. Bahkan, ia sudah mendengar berbagai keluhan yang sering terjadi di lapangan yakni mengenai upah makan sebesar Rp 65 ribu yang kerap sering kali terlambat diberikan.
Ia menjelaskan, sudah satu bulan lebih bekerja. Bahkan, ia sudah mendengar berbagai keluhan yang sering terjadi di lapangan yakni mengenai upah makan sebesar Rp 65 ribu yang kerap sering kali terlambat diberikan.
“Idealnya tiap malam dikasih uang untuk bekal makan kami besoknya. Tapi tadi malam sampai siang ini belum ada kami terima. Ini sudah terjadi sejak beberapa hari,” katanya.
Menurut ST, aksi malas-malasannya tersebut juga dipengaruhi atas ketidakhadiran sang mandor di lokasi tempat kerja. “Selangnya aja belum ada, masa kami disuruh kerja. Terus tanah belum bersih, nanti kami dimarah orang" keluhnya.
ST juga sangat menyangkan sikap perusahaan yang merekrut dan mempekerjakan mereka, perusahaan terkesan tidak memperdulikan kesejahteraan para pekerja.
Menurut ST, aksi malas-malasannya tersebut juga dipengaruhi atas ketidakhadiran sang mandor di lokasi tempat kerja. “Selangnya aja belum ada, masa kami disuruh kerja. Terus tanah belum bersih, nanti kami dimarah orang" keluhnya.
ST juga sangat menyangkan sikap perusahaan yang merekrut dan mempekerjakan mereka, perusahaan terkesan tidak memperdulikan kesejahteraan para pekerja.
“Sebelumnya saya nda pernah ikut perusahaan kayak gini. Biasanya kalau urusan gaji pekerja gas, tiap 15 hari kami gajian. Di mana-mana seperti di Batam, Surabaya, seperti itu. Daripada kayak gini, saya akan minta dipulangkan juga. Walaupun hanya ongkos tiket pulang kampung,” ungkap ST yang sudah malang-melingtang sebagai pekerja jargas di berbagai kota.
(sumber PROKAL.CO)