BATAM - Lesuhnya proyek di galangan kapal membuat para buruh galangan harus beralih profesi menjadi buruh bangunan untuk dapat bertahan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Anwar (32) salah satu buruh bangunan depelover perumahan mengaku terpaksa beralih profesi untuk dapat menghidupi kebutuhan keluarganya.
"Saya dulu kerja di galangan kapal Pak, tapi jobnya sudah habis. Terpaksalah kerja bangunan, kalau tidak begini dari mana biaya makan sehari-hari," ungkap Anwar, Jumat (5/5/2017) dilokasi proyek sambil mengaduk semen.
Menurutnya, saat ini banyak galangan kapal seperti lapangan bola kaki. Dan untuk mencari pekerjaan di galangan kapal seperti mencari jarum jatuh ke air kolam.
"Sekarang ini, meskipun kita punya banyak sertivikasi gak ada gunanya. Sebab, mau kemana kita cari lowongan kerja. Sebab, sudah banyak perusahaan galangan tidak beroperasi," ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan Iwan (28) buruh bangunan lainnya yang mengaku juga mantan buruh galangan kapal sebagi welder. Ia sudah 1 tahun beralih profesi sebagai buruh bangunan karena susahnya mendapatkan lowongan kerja di galangan kapal.
"Kami kerja disini harian lepas pak, dan digaji Rp 100/hari. Dari pada nganggur, kerja begikan lebih baik," ungkapnya.
Menurutnya, meski upah yang didapat sebagi buruh bangunan lebih kecil saat bekerja sebagai buruh galangan kapal. Hal itu tidak dipermasalahkannya, karena faktor kebutuhan hidup keluarga.
"Cari kerja susah minta ampun sekarang ini. Sementara pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari harus terpenuhi, jadi disyukuri ajalah dengan gaji yang ada," katanya.
Ketika disinggung mengenai BPJS, Iwan mengatakan selama bekerja sebagai buruh bangunan. Dirinya dan teman-temannya yang lainnya tidak pernah mendapatkannya, karena mereka hanya buruh harian lepas.
"Kalau itu (BPJS-red), kami tidak pernah ada. Caba bapak tanyalah sama pemborongnya, karena ngak mungkin kita yang tanya itu sama pemborongnya. Nanti kita malah dibuang, cari kerja sekarang susah pak," pungkasnya.
red/rico.