BATAM - Ketua Batam Shipyard and Offshore Association (BSOA), Sarwo Edi, dalam forum diskusi jurnalis bersama Bank Mandiri di Hotel Venesia mengatakan bahwa industri galangan kapal di Kota Batam masih lesu.
Menurut Edi, proyek pesanan kapal terus menurun sejak empat tahun terakhir. Selasa (22/8).
"Banyak faktor penyebabnya. Dampak global memang sangat berpengaruh. Sampai saat ini tinggal beberapa perusahaan saja yang tersisa," kata Edi.
Ia mengakui saat ini pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) banyak membuat kapal. Namun spesifikasi kapal yang diminta KKP tidak sesuai dengan kualifikasi industri galangan kapal di Batam. Sehingga pengusaha galangan kapal di Batam tidak banyak yang ikut lelang pengadaan dari kementerian ini.
"Kami enggan ikut tender. Karena dana yang dialokasikan untuk pembuatan kapal tidak sesuai dengan perkiraan galangan di Batam," ujarnya.
Sampai saat ini hanya beberapa perusahaan nasional yang menerima pesanan dari pemerintah pusat guna dukung program tol laut Presiden Joko Widodo. Meski ada beberapa perusahaan yang sempat mencoba ikut tender. Namun akhirnya mundur karena tidak masuk dalam hitungan budget perusahaan.
Angka yang diajukan galangan kapal di Batam dinilai terlalu tinggi oleh pemerintah pusat, sehingga ditolak. Padahal menurut mereka, angka tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi kapal yang diminta pemerintah. Ini menjadi salah satu sebab minimnya galangan kapal di Batam yang mengerjakan proyek pusat.
"Kita sudah buat rincian biaya sesuai dengan kualitas. Karena tentunya kita tidak mau asal-asalan. Tapi langsung ditolak. Angka kita dibilang tak masuk akal," kata dia.
red. (MCB)