Petikan kawan saya Adnan Balfas cerita di Guntur 49 mau mengadakan aksi ke depan Istana Merdeka bersama kawan-kawan yang bergabung dalam Prodem yang dipimpin Syefti Hidayat untuk kenagih sejumlah janji Presiden Joko Widodo semasa kampanye belum juga dipenuhi sampai sekarang, secara spontan saya langsung setuju dan siap ambil bagian turun ke depan Istana Merdeka, agar Tuan Presiden paham adanya kekecewaan kami sebagai rakyat.
Menjelang aksi dilaksanakan saya yang datang jauh dari Banten, baru tahu bila slogan yang diusung kawan-kawan adalah taubat nasuha.
Dalam pemahaman agama saya yang pas-pasan, taubat nasuha itu hanya bisa dilakukan oleh siapa saja yang mau mengakui kekeliruan karena telah memilih atau setidaknya mendukung Joko Widodo saat kampanye Pilpres hingga saat memberikan suara untuk memilihnya.
Saat diskusi rutin Mingguan ILEW pada hari Selasa 20 Maret 2018, saya sempat berhasrat mengungkapkan alasan tidak bisa hadir untuk ikut aksi menagih janji Joko Widodo itu.
Pertama karena saya sangat menghargai forum diskusi yang sangat menarik dan bagus itu, agar bisa serius membahas topik Media Meanstrem Dalam Cengkraman Politik. Kedua saya ingin menghormati pembicara yang telah dihadirkan dengan susah payah oleh Bang Iwan Sumule dan kawan-kawan, seperti wartawan senior saya Kakanda Yus Sumadibrata, Wartawan tangguh Teguh Santoso dan aktivis kawakan Paskah Irianto yang jauh-jauh datang dari Bandung.
Saya senang hasrat untuk mengatakan absen tidak hadir saat aksi bersama Prodem yang sangat fenomenal itu saat pasang omong di forum diskusi ILEW tadi.
Seusai perjalan pulang, tiba-tiba saudara saya Ricky Tamba yang saya kagumi kepiawaian membangun dan menjaga hubungan "perkawanan" sesama aktivis, mengirim whatsapp: Wartawan Serior : Kenapa Media Tidak Memberitakan Taubat Nasuha Pendukung Jokowi ?"
Tulisan Bang Ricky Tamba sebagai aktivis yang telah matang tergodok oleh kawah candradimuka generasi reformasi (1998) yang andil besar menumbangkan kepongahan Orde Baru, sungguh menohok.
Bisa saja pertanyaan nakal Bang Ricky Tamba tadi itu tidak spesial ditujukan khusus untuk saya, tetapi mungkin sesungguhnya ditujukan bagi pembaca umum yang ada di whatsapp. Dan saya sungguh takut menjadi GR dengan jebakan pertanyaan Bang Rocky Tamba ini.
Tapi untuk tidak menjawab pertanyaan itu pun, saya kok jadi merasa sulit untuk tidur. Padahal, jika benar pertanyaan tadi memang spesial ditujukan untuk saya; mengapa kok nggak menulis aksi taubat nasuha itu, sesungguhnya sangat sederhana sekali. Saya menjadi keberatan dan membatalkan ikut demo menagih janji Jokowi itu, karena judulnya taubat nasuha. Padahal saya bukan pendukung maupun pemilih Jokowi, jadi tidak relevan bagi saya melakukan taubat nasuha.
Bantahan saya pun pernah viral di WA ketika Mbakyu RA. Berar Fathia menduga saya sebagai penukung Jokowi saat Pilpres dulu.
Maka itu saya oke dengan pendapat Mas Teguh Santosa, kita tidak akan pernah merasa kecewa apalagi menyesal bila kita tidak pernah mendukung sehingga tidak pula mungkin banyak berharap dari orang yang telah mengecewakan kita itu.
Salam untuk semua keluarga besar Prodem dan ILEW
Jacob Ereste
Post Top Ad
Selasa, 20 Maret 2018
Mengapa Saya Tidak Memberitakan Demo Taubat Nasuha Pendukung Jokowi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar