BATAM - Pendeta Menetap Kota Batam kembali mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Pemerintah Kota Batam. Tahun ini pelatihan digelar di Aula Kantor Walikota Batam dengan peserta sebanyak 100 pendeta.
Kepala Bagian Kesra Setdako Batam, Riama Manurung mengatakan pelatihan ini merupakan agenda rutin tahunan bagi pendeta menetap di Batam. Pelatihan kali ini berlangsung Kamis-Jumat (1-2/8).
“Tema kegiatan kali ini adalah membangun kerukunan di tengah keberagaman,” kata Riama.
Ketua Ikatan Pendeta Menetap Batam (IPMB), Pendeta Fresly Sihombing menyampaikan terima kasih kepada Pemko Batam khususnya Walikota Batam Muhammad Rudi atas perhatian kepada pendeta selama ini. Menurutnya pendeta di Batam sudah tak mengalami kesulitan lagi berkat bantuan Walikota.
“Kami tidak mengalami kesulitan saat ini. Tiap ada berita, keluhan, kami WA pasti Bapak respon,” tuturnya.
Ia berharap kegiatan ini bisa diadakan lagi di lain waktu. Karena baru mengakomodir 100 pendeta. Padahal jumlah pendeta menetap di Batam ada 200 lebih.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Batam, Zulkarnain juga menyampaikan terima kasih atas pelatihan yang digelar Pemko Batam ini. Apa yang dilakukan Pemko Batam selama ini dinilai telah membuat kehidupan beragama di Kota Batam berjalan baik.
“Di Kemenag untuk urusan agama Kristen kita punya Kasi (kepala seksi), sedangkan agama lain ada penyelenggara. Dengan adanya pejabat di Kemenag, mempercepat komunikasi kita ke bawah,” kata Zulkarnain.
Pada kesempatan tersebut ia mengajak seluruh umat beragama di Kota Batam untuk menjaga kebersamaan serta menggiatkan moderasi beragama. Yakni dengan pola pikir bahwa bangsa Indonesia dibangun dengan keragaman agama yang ada.
“Bangsa kita kuat, kokoh, karena umat beragama di dalamnya menjadi satu kesatuan. Bahwa kerukunan wajib diwujudkan di negara Indonesia ini,” ajaknya.
Sementara itu Walikota Batam, Muhammad Rudi berharap pendeta bisa membantu pemerintah menjaga kondusivitas Batam. Khususnya di masa-masa politik seperti sekarang.
“Pendeta menjadi contoh. Sekarang ini dalam masa politik. Boleh Bapak Ibu pendeta berpolitik, tapi netral. Karena pendeta untuk umat Kristiani, bukan kelompok partai tertentu. Jangan karena beda pilihan politik lantas tak terima sebagai jemaat. Ini supaya keberadaan Bapak Ibu sebagai pendeta tetap dihargai,” ujar Rudi.
(humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar