Pantauan Buruhtoday.com, Senin (7/10/2019) pagi, sekitar pukul 9.30 wib, para pedagang melakukan penolakan terhadap kegiatan penanaman pohon dan pembuatan taman yang dilakukan Disperkimtan kota Batam. Para pedagang itu beralasan saat adanya pertemuan beberapa bulan (Juli 2019) sebelumnya di kantor Camat Sagulung dan RDP di Komisi I DPRD kota Batam terkait penggusuran kios milik mereka, pemerintah tidak ada menyebutkan lahan tersebut akan dibuat penghijauan yakni penanaman pohon atau pembuatan taman.
Hal itulah yang membuat para pedagang menilai, penanaman pohon dan pembuatan taman di lahan buffer zone/jalur hijau tersebut disinyalir terkesan dipaksakan untuk menggusir masyarakat yang mengais rejeki dengan berdagang di area tersebut.
Atas penolakan yang dilakukan para pedagang itu, Kasi Trantib Kecamatan Sagulung pun langsung menghubungi Satpol PP dan pihak Polsek Sagulung untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
Parahnya lagi, pihak pengawas yang menyuruh beberapa orang pekerja pertamanan itu pergi meninggalkan lokasi saat situasi sempat memanas, dan saat dihubungi melalui telepon oleh salah satu pekerja, pengawas tersebut tidak meresponnya. Sehingga, Kasih Trantib Sagulung mengambil kebijakan untuk memberhentikan pekerjaan tersebuy di hadapan pihak Satpol PP dan Polsek Sagulung, serta meminta koordinator pasar kaget (Sinambela-red) untuk berkoordinasi ke Dinas terkait.
Sinambela selaku koordinator pedagang pasar kaget Mandalay mengaku sangat heran dengan adanya penanaman pohon dan pembuatan taman yang dilakukan Disperkimtan tersebut, karena sebelumnya tidak ada pemberitahuan kepada pihak mereka.
"Kita berdagang disini pak walikota, bukan mencuri, berjudi atau jual narkoba. Apakah kami bukan masyarakat kota Batam, kenapa program pemerintah ini, tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada kami. Saya yakin bapak lebih mendahulukan kepentingan masyarakat yang susah, jadi tolong kami pak Walikota," ujar Sinambela.
Ia juga sangat menyayangkan sikap pihak Kecamatan Sagulung yang tidak berpihak kepada masyarakat. Sebab, pasar kaget tersebut dapat menopang dan membantu perekonomian masyarakat yang saat ini sedang susah terkhususnya mencari lowongan kerja.
"Tidak mungkin pemerintah kita tidak tau keberadaan kami disini, karena jauh hari sebelumnya kita sudah memberitahukan akan adanya aktivitas pedagang bongkar pasang di tempat ini, kita berdagang disini sudah mencapai 5-6 tahun lamanya. Jadi, kami mohon untuk walikota agar memperhatikan nasib kami disini pak," tuturnya.
Nainggolan salah satu pedagang pasar bongkar pasang/pasar kaget juga menyebutkan agar pemerintah kota Batam dapat memberikan solusi kepada mereka, sebab sejak adanya pasar kaget tersebut dirinya pun bisa bertahan hidup dan menyekolahkan anak-anaknya.
"Makan kami dari sini pak, mau kemana lagi kami cari makan, kalau kami pun harus digusur dari sini. Permintaan kami kepada Bapak Walikota dan DPRD Batam, mohon perhatikan kami disini, agar anak-anak kami bisa bersekolah pak, kalau ada kerjaan lain seperti Mukakuning dan galangan kapal, kami tidak mau begini pak," pintanya.
Sementara itu, Kasi trantib Kecamatan Sagulung, Jamil mengatakan bahwa pihaknya dari Kecamatan hanya mengawal proyek Binamarga dan Disperkimtan.
"Untuk proyek Binamarga yakni drainase kan sudah selesai, jadi dari Disperkimtan mau melanjutkan tanam pohon, dan dari pak Sinambela mengiginkan pertemuan dulu dengan Dinas Perkimtan," sebutnya
Saat disinggung apakah sebelumnya tidak ada pemberitahuan akan adanya program penghijauan atau tanam pohon tersebut, Jamil menyangkal pernyataan para pedagang pasar kaget tersebut.
"Sebetulnya sudah kita sampaikan, setelah selesai pembangunan drainase, kita akan melanjutkan dengan proyek pembuatan taman," pungkasnya.
Editor redaksi
Liputan tim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar