BATAM - Inflasi Kota Batam tahun 2019 jauh di bawah nasional. Angkanya yakni 1,97 persen. Sedangkan inflasi nasional 2019 tercatat 2,72 persen.
“Untuk inflasi tahun kalender ini Batam ranking 7 terbaik di Sumatra. Paling tinggi Meulaboh, tapi masih di range target nasional 3,5 plus minus 1 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Batam, Rahyudin di Batam Centre, Senin (6/1/2020).
Rahyudin mengatakan cabai merah menjadi komoditas penyumbang inflasi paling besar sepanjang tahun lalu. Perubahan harganya mencapai 28,97 persen dengan andil sebesar 0,28.
Komoditas lain yang menyumbangkan inflasi di Batam tahun lalu adalah kacang panjang, bayam, bawang merah, emas perhiasan, sekolah dasar, bawang putih, rokok kretek filter, sawi hijau, dan akademi/perguruan tinggi.
Sedangkan 10 komoditas yang mengalami deflasi di 2019 adalah angkutan udara, bensin, minyak goreng, wortel, beras, selar/tude, cabe hijau, kol putih/kubis, daging ayam ras, dan udang basah. Angkutan udara mengalami penurunan harga sebesar 9,54 persen memberikan andil deflasi 0,47.
Menurut Rahyudin, capaian ini cukup membuat kaget Walikota Batam. Hal ini tak lepas dari program Pemerintah Kota bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
“Artinya TPID kita berhasil, cuaca mendukung, Allah merestui tentunya. Tapi yang kita khawatirkan Januari naik, karena cuaca juga kurang bagus, sayur-sayur bisa naik lagi harganya,” tuturnya.
Ia mengatakan capaian inflasi ini adalah yang terendah sepuluh tahun terakhir. Batam pernah mengalami inflasi hingga lebih dari 7 persen. Pada 2010 tercatat inflasi 7,40 persen, kemudian 2013 dan 2014 berturut-turut 7,81 dan 7,61 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar